Produktivitas Gurame Hybrid dari Galunggung diklaim 40 % lebih baik 

Ikan gurami (gurame) adalah salah satu ikan lokal asli Indonesia. Selain ikan yang dapat dibudidayakan,  gurame juga merupakan ikan yang sudah membudaya. Di Tasikmalaya misalnya, banyak masyarakat memelihara gurame bukan untuk tujuan usaha, melainkan sebagai “tabungan”. Dipelihara sampai besar dan dipanen untuk dijadikan hidangan dalam acara-acara besar, seperti untuk hidangan lebaran hingga pernikahan.

Meski demikian, di beberapa daerah seperti Bogor, gurame telah menjadi komoditas bisnis meski tidak sepopuler ikan lele. Di Tulungagung bahkan bisa menghasilkan gurame yang harganya cukup bersaing.

Pada gurame yang aspek budayanya lebih kental dari pada keekonomiannya, perhatian terhadap performa ikan tidak banyak diperhatikan. Sehingga menurut peniliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar Sempur Bogor, Otong Zainal Arifin, keragaman genetiknya menjadi turun. Padahal gurame ini merupakan primadona air tawar yang kerap menjadi menu makanan kelas menengah di restoran-restoran.

Oleh sebab itulah, Otong bersama rekannya Imron, peneliti Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, dan beberapa pegawai di Balai  Pengembangan Budidaya Ikan Gurami dan Nilem (BPBIGN) Singaparna mengembangkan jenis gurame baru. Pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitasnya, sehingga secara aspek bisnis bisa meningkat.

Seperti diketahui, meski ikan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi tetapi, budidaya gurame untuk keperluan bisnis masih terkendala lamanya budidaya. “Itu menjadi salah satu tujuan kami,” ungkap Otong saat dihubungi TROBOS Aqua.

 

Persilangan Hitam-Putih

Riset yang dilakukan Otong kali ini mengambil gurame asal Singaparna, Tasikmalaya. Menurut Otong, gurame andalan Priangan ini harus digenjot kembali pamornya agar tidak kalah dengan gurame dari daerah lain. Meski sebetulnya gurame hybrid (persilangan) ini diproduksi tetap untuk kebutuhan masyarakat luas. “Harapannya gurame dari Priangan bisa kita bangkitakan lagi,” ujar pria asal Ciamis ini.

Gurame persilangan yang dihasilkan oleh Otong bersama tim tersebut diberi nama Galunggung Super. “Super itu singakatan dari Singaparna unggul produktivitas,” ucap Otong menejelaskan arti nama gurame barunya. Gurame ini dihasilkan dari persilangan dua jenis ikan gurame asal Singaparna, Tasikmalaya yaitu jenis gurame hitam dan gurame putih. Jantannya dari jenis si putih dan betinanya dari jenis si hitam.

Perkawinan jantan putih dan betina hitam merupakan pasangan terbaik setelah mencoba perkawinan beberapa pasang antara hitam-hitam, putih-putih, dan dua hitam-putih dengan jenis kelamin sebaliknya. “Persilangan hitam (betina) dan putih (jantan) memiliki keunggulan karakter yang lebih bagus,” jelas Otong.

Di Tasikmalaya sendiri, ada tiga jenis ikan gurame yang selama ini dikenal oleh masyarakat setempat. Selain gurame hitam dan putih tersebut, ada juga jenis gurame tutug oncom (TO) yang berwarna dominan putih dengan bercak-bercak hitam di sebagian tubuhnya. Perpaduan warnanya mirip dengan makanan khas Tasikmalaya, tutug oncom, yaitu nasi putih yang dicampur dengan oncom yang sudah ditutug (digeprek).

Menurut Otong, hasil persilangan dari induk hitam-putih ini didominasi oleh gurame putih dan TO. Proporsinya bisa lebih dari 60 persen. Sehingga ia menduga bahwa gurame jenis TO sebenarnya adalah gurame Galunggung Super itu sendiri. Hanya saja selama ini perkembangannya terjadi secara alami tanpa disadari oleh para pembudidaya di Singaparna. “Jadi orang suka memelsetkannya, ini (Galunggung Super) ya TO,” ucap Otong.

 

Sumber: http://trobosaqua.com/

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top