Pertumbuhan Benih Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Pemberian Dosis Pakan yang Berbeda

Pertumbuhan Benih Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Pemberian Dosis Pakan yang Berbeda

 

PENDAHULUAN

Kakap putih merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, menurut Hikmayani et al (2012), menyatakan bahwa ikan kakap putih mempunyai nilai jual yang tinggi yaitu Rp.60.000-Rp.70.000 / Kg baik didalam negeri maupun ekspor, permintaan pasar maupun ekspor untuk ikan ini cukup tinggi yaitu 98,86 ton/tahun. Budidaya menurut Jaya et al. (2012), menyatakan bahwa budidaya ikan Kakap Putih telah menjadi suatu usaha yang bersifat komersial (dalam budidaya) untuk dikembangkan, karena pertumbuhannya yang relatif cepat, mudah dipelihara dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan sehingga menjadikan ikan Kakap Putih cocok untuk usaha budidaya skala kecil maupun besar. Pembesaran ikan kakap putih, menurut Asma et al. (2016), pakan merupakan komponen yang paling penting dalam usaha budidaya ikan. Pakan buatan (pellet)  yang digunakan di Balai Benih Ikan Pengujan (BBI Pengujan) yaitu pellet merek MEGAMI dengan kode GR-5 (dengan ukuran diameter pellet 5,4 mm), pellet ini digunakan untuk ikan kerapu tetapi diberikan juga pada ikan kakap putih karena persediaan pakan pellet untuk ikan kakap putih tidak tersedia di Balai Benih Ikan Pengujan (BBI Pengujan), pellet ini diberikan pada ikan kakap putih karena ikan kerapu merupakan ikan jenis karnivora begitu juga ikan kakap putih merupakan ikan jenis karnivora. Pakan yang tepat untuk pertumbuhan benih ikan kakap putih. Menurut Wardoyo (2015), menyatakan bahwa jumlah ransum harian yang diperlukan oleh ikan kakap putih berkisar antara 5-10% per hari dari bobot tubuhnya dan menurut SNI (1999), ransum harian yang diperlukan ikan kakap putih adalah 10%, pemberian pakan yang tepat akan berefek pada efesiensi pakan untuk pemeliharaan benih ikan kakap putih. Permasalahan yang mempengaruhi dalam pembenihan ikan kakap putih adalah faktor internal dan faktor eksternal baik dalam pembesaran dan pembenihan. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan kakap putih salah satunya yaitu pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini sesuai dengan kondisi masih banyaknya sisa pakan yang terbuang dan mengendap di dasar bak pemeliharaan benih, melimpahnya sisa pakan yang tidak terkonsumsi melatar belakangi terjadinya pecemaran atau mengotori air didalam wadah pemeliharaan, metode pembenihan dengan pemberian dosis pakan berbeda untuk bertujuan memaksimalkan efisiensi pakan.

 

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat yang digunkan selama penelitian yaitu, bak pemeliharaan, wadah jaring, timbangan analitik (ketelitian 0,5), selang pelastik, thermometer, salt meter, PH, DO meter, penggaris, serokan, ember, aerasi dan alat tulis. Bahan utama yang digunakan adalah ikan kakap putih dan pakan pellet.

 

Prosedur

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap). Wadah yang digunakan dalam penelitian ini berupa jaring dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, yang dimana jaring  yang digunakan sebanyak 9 buah. Wadah diletakkan didalam bak terkontrol kemudian dipasangi aerasi kemudian untuk ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang digunakan sebanyak 90 ekor dengan ukuran panjang 13±0,5 cm. Tetapi benih kakap putih ini akan dilakukan pengukuran panjang agar mendapatkan benih yang seragam sedangkan pakan yang digunakan adalah perlakuan dan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 wib, pukul 10.00 wib, pukul 13.00 wib dan pukul 16.00 wib. Dalam pengambilan sampel yang harus dilakukan yaitu menyiapkan wadah lain yang diisi air kemudian ikan diserok menggunakan serokan sebanyak 10 ekor kemudian dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan pengukuran bobot tubuh ikan menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 0,5 g sedangkan pengukuran panjang menggunakan penggaris dengan ketelitian 0.1mm.

 

Analisis Data

Data yang diperoleh diuji secara statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui perbedaan yang nyata (F>0,05). Pengolahan pengujian data menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2010 for windows. Hasil penelitian parameter pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan bobot harian, tingkat konversi pakan, efisiensi pakan, kelangsungan hidup dan kualitas air dianalisis secara One-Way ANOVA  sedangkan kualitas air dianalisis secara deskriptif.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Pertumbuhan bobot mutlak

Hasil penelitian pada parameter pertumbuhan bobot mutlak nilai yang tertinggi adalah perlakuan A sebesar 31,99 g kemudian di ikuti dengan perlakuan C dengan nilai  29,48 g dan nilai terendah perlakuan  B dengan nilai 29,18 g.  Hal ini diduga perlakuan yang memperoleh dosis pakan 5%. Mampu memanfaatkan jumlah pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat dari jumlah pakan yang lebih kecil dari perlakuan lainnya dan cenderung pasif bergerak sedangkan perlakuan yang memperoleh dosis pakan 10% dan dosis pakan 15% cenderung aktif bergerak sehingga proses metabolisme tidak berjalan sempurna. Hal ini sesuai menurut Rayes et al. (2013), pertumbuhan ikan dapat terjadi apabila energi yang disimpan lebih besar dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivitas tubuh. Kemudian persaingan yang terjadi seperti ruang gerak dan kemampuan mendapatkan makanan berlangsung secara baik tanpa mengakibatkan ikan stres dan terhambatnya pertumbuhan saat pemeliharaan (Santoso. 2015).

 

  1. Pertumbuhan panjang mutlak

Hasil penelitian pada parameter pertumbuhan panjang mutlak nilai tertinggi adalah perlakuan A sebesar 4,34 cm kemudian di ikuti perlakuan C dengan nilai 4,32 cm dan nilai terendah adalah perlakuan B dengan nilai 3,84 cm . Hasil pertumbuhan panjang mutlak tersebut cenderung sama dengan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bobot mutlak yaitu perlakuan yang memperoleh dosis pakan 5%  mampu memanfaatkan jumlah pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat dari jumlah pakan yang lebih kecil dari perlakuan lainnya dan cenderung pasif bergerak. Umumnya ikan memerlukan energi yang berasal dari pakan untuk tumbuh sedangkan jumlah pakan yang rendah akan menghambat pertumbuhan, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberikan pakan dengan jumlah yang rendah akan tumbuh lebih cepat ketika pemberian pakan dimulai kembali (Rosniar 2013)

 

  1. Pertumbuhan bobot harian

Hasil penelitian pada parameter pertumbuhan bobot harian nilai yang tertinggi adalah perlakuan A sebesar 0,57 g/hari kemudian di ikuti perlakuan C dengan nilai 0,53 g/hari dan nilai terendah adalah perlakuan B dengan nilai 0,52 g/hari. Hal tersebut erat kaitannya dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian energi dengan kata lain ikan yang memperoleh pakan untuk proses metabolisme akan lebih meningkat pertumbuhannya karena memperoleh nutrisi yang cukup untuk  diserap dari pakan yang dikonsumsinya sehingga perlakuan dengan dosis pakan 5% lebih tinggi pertumbuhan bobot hariannya. Permasalahan ini diduga ikan yang diberikan dosis pakan 10% dan 15% tidak mampu menyerap pakan yang diberikan. Hal ini sesuai menurut Asma et al. (2016), jumlah pemberian pakan yang sudah sesuai dengan kapasitas lambung dan kemampuan cerna untuk menghasilkan pertumbuhan benih ikan yang optimal. Selanjutnya menurut Hardianti et al. (2016), menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat terganggu apabila kelebihan energy untuk gerak dan protein yang berasal dari makanan yang telah digunakan oleh tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak.

 

  1. Tingkat konversi pakan

Berdasarkan hasil penelitian pada parameter tingkat konversi pakan perlakuan A sebesar 2,95, B sebesar 3,10 dan C sebesar 6,80. Pada parameter tingka konversi pakan diperoleh perlakuan dengan nilai tertinggi yaitu perlakuan A sebesar 2,95. Nilai tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan 1 kg daging pada ikan kakap putih membutuhkan sebesar 2,95 kg pakan. Rendahnya tingkat konversi pakan pada perlakuan A dengan pemberian pakan 5% menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan, sebaliknya tingginya tingkat konversi pakan pada perlakuan C dengan pemberian pakan 15% menunjukkan bahwa pakan yang diberikan tidak mampu dimanfaatkan secara baik  untuk pertumbuhan benih pada perlakuan tersebut, sehingga nilai efisiensi pemanfaatan pakannya rendah. Hal tersebut menunjukkan adanya pakan yang cukup terhadap perlakuan A, sehingga laju pertumbuhan ikan lebih cepat ketika pemberian pakan dimulai kembali. Menurut Cahyanti et al. (2015), berbagai   spesies   ikan dengan dilakukannya strategi mengurangi atau  membatasi  jumlah  pakan dapat digunakan untuk merangsang terjadinya pertumbuhan kompensasi. Lebih lanjut faktor lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah faktor dalam  transformasi  makanan  menjadi jaringan  tubuh ikan seperti jumlah pakan yang dikonsumsi, kecernaan makanan, laju pencernaan, frekuensi pemberian pakan, penyerapan  zat  makanan,  serta  efisiensi  dan  tingkat konversi pakan (Cahyanti et al. 2015)

 

  1. Efisiensi pakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai efisiensi pakan yaitu perlakuan A (33,99%), B (33,04%), dan C (14,87%). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A dengan dosis pakan 5% memiliki nilai tertinggi yaitu (33,99%) yang memberikan tingkat respon pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi, meskipun tidak berbeda pada perlakuan B yaitu (33,04%), sementara pada perlakuan C yaitu (14,87%). Pada perlakuan C (14,87%) yaitu perlakuan dengan nilai terendah menunjukkan bahwa penyerapan pakan untuk pertumbuhan masih kurang optimal. Hal ini diduga ikan mengalami stress karena terdapat kelimpahan pakan yang mengakibatkan tubuh ikan tidak mampu memproses pakan dengan baik dan mengakibatkan proses metabolisme terganggu, sehingga pertumbuhannya terhambat. Hal ini sesuai menurut Sunarto dan Sabariah (2009), peningkatan jumlah ransum harian akan meningkatkan laju pertumbuhan hingga mencapai titik optimal, selanjutnya jika jumlah ransum harian melebihi titik optimal tersebut akan menurunkan laju pertumbuhan.

 

  1. Kelangsungan hidup

Hasil penelitian pada parameter kelangsungan hidup nilai tertinggi yaitu perlakuan A dan B sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kakap putih tidak mengalami kematian saat pemeliharaan, sedangkan pada perlakuan C sebesar 96,67%. Ikan kakap putih dapat hidup dengan nilai 100% diduga karena ikan kakap putih memiliki ketahanan tubuh yang kuat terhadap lingkungannya walaupun ikan kurang dalam merespon pakan yang di berikan, hal ini sesuai pendapat Hardianti et al. (2016), menyatakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup adalah faktor abiotik dan biotik, yang antara lain berupa kompetitor, kepadatan populasi, umur dan kemampuan organisme dalam beradaptasi dengan lingkungan dan menurut Asma et al. (2016), suhu mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, jika perubahan suhu sering terjadi setiap hari dapat menyebabkan ikan stres, nafsu makan ikan berkurang sehingga menghambat pertumbuhan dan sebagian mengalami kematian.

 

  1. Selama penelitian dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas air

yaitu suhu, DO, salinitas dan pH (Tabel 10). Nilai pH pada media pemeliharaan yaitu 7,8-8. Menurut SNI (1999), kisaran nilai pH untuk budidaya ikan kakap putih yaitu Kualitas air 7,0-8,5. Suhu optimal bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan kakap putih adalah 260C-320C, sesuai dengan kisaran suhu selama penelitian yaitu 260C-31,10C. Oksigen terlarut ikan kakap putih dewasa membutuhkan oksigen terlarut ≥ 4 ppm , sesuai dengan nilai oksigen terlarut selama penelitian yaitu 5 ppm-8,2 ppm. Kisaran pengukuran parameter kualitas air selama penelitian berada dalam rentang kondisi yang layak untuk pemeliharaan ikan kakap putih.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Mokoginta. I, Affandi. R, Jusadi. D., 2000. Pengaruh Pakan Dengan Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Ekresi Ammoniak Benih Ikan Beung (Mystus nemurus). Pertanian Indonesia 9 (2): 31-36

Akbar, S., Marsoedi., Kusnendar, E., 2012. Pengaruh pemberian pakan yang berbedamterhadap pertumbuhan ikan kerapu macan (ephinephelus fuscoguttatus) pada fase pendederan di keramba jaring apung (kja). Jurnal Teknologi Pangan 1(2): 93-101

Asma, N., Muchlisin, Z.A., Hasri, I., 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus Vittatus) Pada Ransum Harian Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah 1(1): 1-11

Cahyanti, W., Prakoso, V.A., Kristanto, A.H. 2015. Efek Pemuasaan dan Pertumbuhan Kompensasi Pada Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Bogor. Media Akuakultur 10 (1): 17-21

Hardianti, Q., Rusliadi., Mulyadi. 2016. Effect Of Feeding Made With Different Composition On Growth and Survival Seeds Of Barramundi (Lates calcarifer ,Bloch ). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9 (1): 1-10

Hikmayani, Y., Rismutia, H.D., Zahri N. 2013. Evaluasi Kebijakan Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya. Jakarta. Jurnal Evaluasi dan Strategi Peningkatan Keberhasilan Program 3 (1): 47-65

Jaya, B., Agustriani, F., Isnaini. 2013. Laju Pertumbuhan Dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates Calcarifer, Bloch) Dengan Pemberian Pakan Yang Berbeda, Universitas sriwijaya, Inderalaya, Indonesia. Maspari Jurnal 5 (1): 56-63

Melianawati, R., K, Suwirya. 2010. Optimasi tingkat pemberian pakan terhadap benih kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Jurnal Optimasi Tingkat Pemberian Pakan 1 (2): 659-665

Oktarina, M.R. 2009. Pengaruh Frekuensi Perendaman dalam Air Tawar terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal of Marine Science and Tecnology 6 (1): 43-56

  1. MATAHARI SAKTI. 2015. Jenis Pellet Merek Megami. Surabaya.Rayes, R.D., sutresna, I, W., Diniarti, N., Supii, A.I. 2013. Pengaruh perubahan salinitas terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan kakap putih (Lates calcariferbloch). Jurnal Kelautan 6 (1): 47-56 15

Rosniar, F. 2013. Peningkatan Nafsu Makan dan Pertumbuhan pada Pendederan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Melalui Periode Pemuasaan Berbeda. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Manajemen Akuatik 2 (3): 9-16

Santoso, B. 2015. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Di Tambak Secara Semi Intensif Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB). Perpustakaan Universitas Airlangga Karawang. Jawa Barat.

 

Sumber: Anriyono, Henky Irawan, Wiwin Kusuma Atmaja Putra, Program Studi Budidaya Perairan, FIKP UMRAH, Dosen Program Studi Budidaya Perairan FIKP UMRAH

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top