Sayang Bisnis Juga Harus Imbangi Sayang Alam 2

Dalam penguatan bisnis budidaya perikanan untuk mencapai  sustainable atau ramah lingkungan memang tidak lepas dengan dukungan adanya ide-ide atau gagasan penciptaan teknologi baru. Penggunaan teknologi akan sangat membantu dalam proses akuakultur. Selain praktis, penggunaan teknologi  juga membantu menghemat waktu dan tenaga dimana hal ini dapat membantu pelaku usaha meminimalisir biaya produksi. Terobosan teknologi  yang bisa digunakan tidak melulu dengan hal yang baru, mungkin bisa menggunakan teknologi lawas dengan sedikit Re-create atau menggabungkan teknologi yang sudah  ada jika dirasa dapat bekerja lebih maksimal. Berikut salah satu contoh gagasan penggunaan teknologi budidaya udang yang sustainable.

 

Duet Teknologi untuk budidaya udang vaname “Ramah lingkungan dan berkelanjutan”

Yaitu memadupadankan teknologi microbubble dan RAS.

Microbubble dengan integrasi RAS ini memiliki beragam kelebihan, diantaranya yaitu tanpa penggantian air, tidak ada air limbah perikanan yang dibuang ke lingkungan, serta bisa diaplikasikan di tengah perkotaan yang jauh dari sumber air laut, karena pengelolaan media air budidaya dilakukan secara berkelanjutan.

Kelebihan lainnya, lanjut Sjarief, Kepala BRSDM,  adalah tidak memerlukan proses penyifonan, yaitu pembuangan lumpur limbah sisa pakan dan kotoran udang. Limbah padatan pada sistem ini akan tertangkap di filter fisik, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.

“Teknologi ini dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga hingga industri sehingga pembudidaya kecil dapat diberdayakan. Sistem dan metode budidaya udang vaname ultra intensif ini telah didaftarkan patennya melalui Sentra Kekayaan Intelektual Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dengan nomor paten P00201810738, sedangkan teknologi mikrobublenya telah diberi sertifikat paten nomor IDS000002014,” terang Sjarief.

Sjarief menjelaskan bahwa  terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh pembudidaya perikanan, khususnya udang, yaitu biaya listrik yang tinggi, modal yang cukup besar (untuk skala tambak), adanya limbah yang tidak dikelola dengan baik, serangan penyakit, serta daya dukung lingkungan yang menurun.

Selain itu, budidaya udang pada umumnya belum dapat memberikan dampak terhadap pembudidaya skala kecil/rumah tangga, karena sebagian besar masih dikuasai oleh petambak bermodal besar. Permasalahan lainnya adalah keterbatasan lokasi budidaya karena jauh dari sumber air laut/payau.

Diharapkan dengan menggunakan teknologi ini, para pembudidaya dapat mengatasi permasalahannya.

Teknologi microbubble dan RAS, menurut Sjarief, bisa dikembangkan di lahan dengan kepadatan lebih dari 1000 ekor per meter kubik atau ultra intensif dan bisa menghasilkan produksi udang menjadi lebih baik serta hasil yang lebih banyak. Capaian itu mengalahkan capaian tertinggi sebelumnya untuk budidaya udang, yakni budidaya supra intensif.

 

 

 

Sumber : Berbagai sumber

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top