Info AKUAKULTUR Eds 113 – JUNI 2024

Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kapasitas media budidaya dengan pemanfaatan berbagai teknologi yang efisien dan ramah
lingkungan. Intensifikasi budidaya udang menjadi teknologi penting untuk mencapai hal tersebut. Mengoptimalkan luas lahan tambak dan meningkatkan kepadatan udang yang dipelihara di tambak dengan menambahkan berbagai teknologi salah satunya teknologi bioremediasi lingkungan. Peningkatan produksi tersebut memang harus disertai dengan manajemen yang baik terhadap kualitas air, pemberian pakan yang tepat untuk mencegah penumpukan limbah dan outbreak penyakit.
Keberhasilan dalam produksi udang tidak hanya bergantung kepada para praktisi tambak, tetapi juga memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan diantaranya pemerintah, peneliti, dan lembaga terkait lainnya. Saat ini pemerintah terus mengatur berbagai macam regulasi terkait penanganan limbah, mudahnya akses terhadap teknologi dan informasi, peningkatan ketersediaan sarana prasarana produksi lokal Indonesia yang berbasis riset,serta adanya kerjasama dengan berbagai pihak.
Peningkatan, edukasi, pendampingan dan berbagai skill atau kemampuan teknisi tambak terkait analisa masalah berbasis data, interpretasi data lapangan berbagai kondisi. Lingkungan menjadi target utama dalam manajemen tambak dalam kegiatan produksi budidaya udang. “Memelihara udang sama dengan memelihara airnya” adalah istilah yang bisa dianggap benar, karena dengan kualitas air yang baik maka produksi udang akan relative lebih baik. Kualitas lingkungan yang baik dapat mendukung kelangsungan kegiatan budidaya, dan juga mampu mengendalikan resiko serangan penyakit. Oleh sebab itu, karena semakin menurunnya kualitas sumber air terutama setelah sekian waktu tambak tersebut di gunakan, itulah yang menyebabkan semakin menurunnya daya tampung tambak tersebut.
Monitoring dan manajemen pengelolaan lingkungan tambak berbasis environmental microbial technology (Emitech) dan pengelolaan air yang mengacu pada siklus biogeokimia di tambak merupakan hal yang penting untuk diimplementasikan. Monitoring dan pengelolaan tersebut dapat dilakukan sejak dari reservoir atau tandon, pengelolaan air petak pemeliharaan dan tersedianya instalasi pengolahan air limbah tambak. Limbah dari kegiatan tambak udang dapat berupa padat, cair, maupun gas yang memiliki potensi dalam mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Salah satu langkah untuk mengatasi limbah budidaya adalah dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah tambak (IPAL tambak) dengan sistem klaster (clustered system). Tentunya secara teknis, pengelolaan air di tandon, petak tambak dan di IPAL tambak berbeda penanganannya (tergantung dari status dan kondisi actual) baik secara fisika, kimia dan biologi action-nya dan tentunya hal ini sangat dipengaruhi oleh desain tambak itu sendiri.
Keberadaan IPAL menjadi sangat penting karena mampu memperbaiki kualitas limbah tambak sebelum dibuang ke lingkungan, yang akan berpengaruh terhadap kualitas air
di masa akan datang. Ke depan dengan pengelolaan lingkungan yang terkoordinasi baik sejak dari reservoir/ tandon, petak tambak dan IPAL dapat mengurangi toksisitas di dalam sehingga
dapat digunakan kembali airnya. Eksistensi tambak udang Indonesia terus meningkat, tidak hanya nasional juga secara internasional bahwa Indonesia dapat memproduksi udang dari budidaya yang ramah lingkungan.

Selengkapnya Download di Sini Info AKUAKULTUR Eds 113 – JUNI 2024

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top