REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK — Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menegaskan, Pancasila mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
“Peran Pancasila dalam pengembangan Iptek antara lain, pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan keyakinan religious, tetapi tidak harus dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika sendiri,” kata Prof Rokhmin Dahuri saat mengisi Kuliah Umum (Studium General) Pancasila yang diadakan oleh Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak, Selasa (28/9).
Selain itu, ia menambahkan, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan; Iptek merupakan unsur yang “menghomogenisasikan” budaya sehingga merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antar masyarakat; dan prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan IPTEK harus merata ke semua masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat.
“Karena itu, kesenjangan dalam penguasaan IPTEK harus dipersempit terus menerus sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan sosial,” kata ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) itu.
Dalam kesempatan Kuliah Umum yang diadakan secara daring tersebut, Prof Rokhmin juga menjabarkan urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Menurutnya, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan Iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan.
Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan Iptek terhadap lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang akan datang.
“Perkembangan Iptek yang didominasi nagara-negara Barat dengan politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia menambahkan, perkembangan Iptek dewasa ini lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, sehingga prodi yang “laku keras” di perguruan tinggi Indonesia adalah prodi yang terserap oleh pasar (dunia industri). “Pengembangan Iptek di Indonesia belum melibatkan masyarakat luas sehingga hanya menyejahterakan kelompok elit yang mengembangkan ilmu,” tegas penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – 2024 itu.
Pada kesempatan tersebut, Rokhmin menjelaskan setidaknya ada tiga alasan pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu. Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh Iptek, baik dengan dalih percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius.
Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan Iptek dapat menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan Iptek yang berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis.
“Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong digantikan dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi free rider di negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-mewah, konsumerisme; solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis; musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya,” paparnya.
sumber: https://republika.co.id