Manajemen Pakan Tepat, Biaya Produksi Turun

Manajemen pakan yang baik akan menghasilkan, pertumbuhan udang yang optimal, perbandingan jumlah pakan dan hasil panen (FCR) yang rendah, dasar kolam yang lebih bersih, kualitas air yang lebih stabil serta biaya produksi yang rendah”

Demikian disampaikan Rudy Kusharyanto, Ketua Harian Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) Lampung. Lanjutnya, Faktor penting dalam budidaya udang adalah bila kita berhasil dalam mengelola penggunaan pakan di lapangan. “Artinya, semakin optimal kita mengelola pakan maka FCR di lapangan sampai akhir budidaya bisa kita tekan seoptimal mungkin, karena kita tidak menutup mata bahwa sebagian besar sumber cost produksi terutama di budidaya udang adalah dari pakan,” ungkapnya.

Pakan Premium vs. Pakan Ekonomis

Petambak dihadapkan menjatuhkan pilihan pada pakan premium atau pakan ekonomis. Bagyo Ariyantono, Manager Technical Support Area Jawa Tengah Jawa Timur, New Hope Aquafeed Indonesia, memaparkan, pakan premium menggunakan banyak tepung ikan sebagai sumber protein. Sementara itu, pakan ekonomis lebih banyak menggunakan tepung nabati sebagai sumber protein. Berdasarkan pengakuannya, perbandingan harga pakan premium dan ekonomis selisih Rp. 2500 s/d 3500 per kg. Di lain pihak, menurut Dedi Rianto, AM Pakan Udang Sumatera, PT Matahari Sakti, rentang selisih harga antara pakan premium dan ekonomis pada Rp. 1.500 – 2.500/kg, tergantung pada perbedaan kandungan protein. Menurut Kurniawan Ristono, Penasihat Teknis (Fintech &Start up Company, Marine Fish Hatchery&Fish/Shrimp Farm), konsultan lepas, pakan premium memberikan keuntungan lebih, secara umum, terutama laju pertumbuhan. Akan tetapi, memilih pakan ekonomis bisa memberikan nafas dan daya tahan dari aspek keuangan pada situasi-situasi tertentu, misalnya ketika harga udang turun, SR/biomassa anjlok, pertumbuhan lambat, dan penyakit.

Pakan Premium Masa Awal Budidaya

Terkait penggunaan pakan premium, Suprapto, Tim Teknis SCI Banyuwangi dan Konsultan Budidaya (Penasihat Senior Akuakultur), menyarankan pengunaan jenis pakan disesuaikan dengan tingkat teknologi atau padat tebar udang yang dibudidayakan.

Namun, tren yang banyak terjadi adalah menggunakan pakan premium di awal selama 1-2 bulan dan dilanjut dengan pakan ekonomis. Ia menambahkan, ketika udang sudah mencapai umur 2 bulan, konsumsi pakan naik sehingga bila lengah akan mudah terjadi kerusakan air. Kondisi ini dapat berujung stress dan serangan penyakit. Dengan pakan ekonomis, pengelolaan kualitas air lebih mudah untuk menjaga kestabilannya.

Tambak Intensif Lebih Pilih Pakan Premium Berdasarkan pengakuan Dadit Suwardita, Senior Account Manager PT Matahari Sakti, pemilihan pakan premium, medium dan ekonomis tidak dapat dilepaskan dari sistem budidaya yang diterapkan. Pakan premium umumnya digunakan pada budidaya intensif dan supra intensif. Sedangkan pakan ekonomis umumnya digunakan oleh pembudidaya pola semi-intensif dan tradisional. Perbandingannya 70 % premium dan 30 % ekonomis. Faktor yang melatarbelakangi penggunaan jenis pakan antara lain kemampuan finasial (permodalan), pola budidaya yang digunakan, juga kondisi perairan. Meskipun begitu, tidak dipungkiri, pakan ekonomis lebih digandrungi oleh sebagian besar petambak. Hal ini terungkap dari pernyataan Santoso, Manajer Tim Teknis Udang, Aquafeed, Aquaculture Indonesia. Menurutnya, sampai saat ini, sebagian besar petambak memilih pakan ekonomis, jumlahnya sekitar 98%, sedangkan petambak yang menggunakan pakan premium masih 2%. Hal ini dilatarbelakangi beberapa faktor, yaitu biaya yang yang lebih tinggi pakan premium dibandingakan dengan pakan ekonomis, belum pernah mencoba sehingga keuntungan pakan premium belum diketahui.

Perhatikan masa kedaluarsa pakan Agar kualitas pakan dapat terjaga,petambak perlu memperhatikan masa kedaluarsanya. Rudy mengakui, semakin pakan mendekati masa kedaluarsa, maka kualitas pakan tentu akan makin menurun. Sehingga diperlukan kejelian dan perhitungan yang pas di tambak untuk pemakaian pakan selama budidaya. Ia meneruskan, hal ini untuk menghindari penyimpanan pakan di tambak melewati batas masa kedaluarsa. Selain itu juga penyimpanan pakan di gudang tambak harus mengikuti standar penyimpanan pakan yang baik di gudang. Penyimpanan pakan yang tidak mengikuti standar mengakibatkan penurunan kualitas pakan di tambak.

Cermat Dalam Menyimpan Pakan

Sependapat dengan narasumber sebelumnya, Supono, Staf Pengajar/ Dosen, Universitas Lampung menyarankan pakan agar tidak terlalu lama disimpan. Prinsip first in first out (FIFO), pertama masuk gudang, yangpertama pula ditebar di tambak perluditerapkan. Di samping itu, pakandiupayakan tidak lembab, berventilasiagar tidak berjamur. Ia juga mengungkapkan, penumpukan pakan tidak langsung mengenai lantai, harus menggunakan alas, tidak terkena sinar matahari langsung, dan bebas dari binatang seperti tikus, anjing, kucing, dan lain-lain.

Terkait penyimpanan pakan, Wayan Agus Edhy, Praktisi budidaya udang, menyarankan untuk menghindari sinarmatahari langsung. Pasalnya, beberapavitamin akan rusak bila terkena sinarmatahari secara langsung dalam jangkawaktu tertentu. Suhu dan kelembabanudara perlu dikendalikan dengan baikuntuk mencegah kerusakan pakan.

Waspada Kontaminasi Jamur pada Pakan

Terkait penyimpanan pakan, Romi Novriadi, Peneliti Kementerian Kelautan dan Perikanan menekankan pentingnya selalu menyimpan pakan di tempat yang kering, tidak lembab, sejuk dan berada di ruangan dengan ventilasi cukup dan tidak di tempat yang bocor. Pakan juga harus ditempatkan di lokasi yang aman dari gangguan binatang seperti tikus, burung dan lainnya. Ia melanjuntukan, pakan yang digunakan juga harus menganut prinsip first in first out (FIFO) supaya pakan tidak terlalu lama berada di ruang penyimpanan. “Keberadaan pakan yang terlalu lama dalam ruang penyimpanan dapat menyebabkan kemungkinan terkontaminasinya pakan dengan jamur, salah satunya adalah strain Aspergillus sp yang dikhawatirkan dapat memproduksi Aflatoxin yang dapat mengganggu pertumbuhan udang yang dibudidayakan,” ungkap Romi.

Pakan Berkualitas, Bukan Satu-Satunya Kunci Keberhasilan

Masih menurut Sudiarnoto,pembudidaya yang berpengalamanpilihannya pasti jatuh kepada pakanpremium karena menjanjikanhasil akhir yang lebih baik danmenguntungkan. Sebaliknya,pembudidaya pemula akan selalu melihat pakan dari sisi harga. Setidaknya, mereka akan mengombinasikan pakan premiumdan ekonomis. “Aspek yang harusdilihat adalah biaya produksi akhirdibandingkan hasil panen,”tuturnya.“Pointnya adalah bukan stigmapakan premium dan ekonomis, tetapibagaimana kontribusi pakan dapatmenghasilkan hasil panen yangoptimal. Kualitas pakan bukan satusatunyafaktor penentu keberhasilanbudidaya, akan tetapi merupakankombinasi harmonis dan selaras dariberbagai faktor,” terangnya.Menurut Paian, kualitas pakandapat diuji dengan monitoring survival rate (SR), ADG (pertumbuhan udang). Pakan yang baik jika memberikan pertumbuhan yang baik (sesuai target), dengan SR yang baik >80%, FCR yang baik <1,3, dan memiliki daya rangsang yang kuat bagi udang (amis).

sumber: Edisi No. 79/Tahun VII/Agustus 2021 www.infoakuakultur.com

Scroll to Top