Caulerpa lentillifera, Anggur Laut Penunjang Fungsi Otak dan Sel Tubuh Manusia

Cibinong, Humas LIPI. Pernahkah anda mendengar tanaman anggur laut, atau dalam bahasa latin biasanya disebut Caulerpa sp. Tanaman ini digolongkan kedalam golongan ganggang hijau dengan segudang manfaat yang dimilikinya.

”Caulerpa sp. berbentuk lembaran, batangan dan bulatan, berstruktur lembut sampai keras sedangkan rumpunnya terbentuk dari berbagai percabangan mulai dari yang sederhana sampai kompleks layaknya tumbuhan tingkat tinggi. Caulerpa sp. umumnya tumbuh di dasar batuan berpasir di zona tropis terumbu karang pada laut dangkal dengan aliran air yang tenang serta menempel pada substrat pasir” terang Siti Irma Rahmawati salah seorang peneliti bidang kesehatan dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

Dirinya menjelaskan walaupun penggunaan ganggang hijau masih kalah dibandingkan ganggang merah dan coklat, secara tradisional ganggang hijau telah dikonsumsi sebagai makanan mentah untuk salad atau dilapisi gula seperti yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia Timur.  “Selain di Indonesia, ganggang ini juga banyak dikonsumsi oleh orang-orang di Jepang dan negara-negara di Asia Tenggara,” tutur Irma.

Irma memaparkan, salah satu ganggang hijau yang telah berhasil dibudidayakan adalah Caulerpa lentillifera. “C. lentillifera atau yang biasa disebut sebagai anggur laut ini memiliki senyawa bioaktif seperti asam lemak tak jenuh ganda atau polyunsaturated fatty acids (PUFA), agen anti-diabetes, agen anti-kardiovaskular dan masih banyak lagi. Selain itu ia mengandung banyak mineral seperti fosfor, magnesium, mangan, kalium dan kalsium serta kaya akan vitamin E dan vitamin A” ungkap Irma.

“PUFA adalah nutrisi penting yang berperan pada fungsi otak dan pertumbuhan sel tubuh manusia. Akan tetapi tubuh manusia tidak dapat mensintesis PUFA sehingga sangat diperlukan asupan asam lemak tak jenuh ganda dari luar yang salah satunya dapat diperoleh dari sumber makanan seperti C. lentillifera, ” jelas Irma. “Saat ini Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah melakukan ekstraksi PUFA pada C. lentillifera dengan menggunakan bantuan beberapa  enzim seperti bromelin, papain,selulase dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Lebih lanjut Irma menerangkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, tren suplemen gizi untuk memenuhi kualitas asupan manusia semakin meningkat khususnya minat terhadap suplemen makanan yang berasal dari sumber daya alam hayati. “Selama ini, konsumsi PUFA kebanyakan berasal dari minyak ikan sebagai  suplemen makanan BALITA, pemanfaatan C. lentillifera sebagai sumber PUFA dapat menjadi alternatif dan menjadi nilai tambah ekonomis bagi masyarakat sekitar untuk itulah kami dari Pusat Penelitian Bioteknologi mulai melakukan penelitian terhadap C. lentillifera sejak tahun 2019” rinci Irma.

“Budidaya C. lentillifera  telah dilakukan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Alga yang dihasilkan digunakan untuk konsumsi masyarakat, juga untuk ekspor ke Jepang dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat karena investasi yang rendah sedangkan profitabilitasnya cukup tinggi,” jelas Irma dengan antusias.

“Selain itu keberadaan C. lentillifera  ternyata dapat pula memperbaiki kualitas air pada lingkungan. Dengan demikian budidaya C. lentillifera dimasa yang akan datang sangat menjanjikan karena berpotensi sebagai produk suplemen yang dapat meningkatkan kesehatan manusia,” tutup Irma. (eb ed sl)

sumber: https://biotek.lipi.go.id

Scroll to Top