Teknik Akupuntur Nelayan Jepang

IKEJIME oleh: Galatia Chandra (Author of Hacking Your Mind Book)

Kita semua pasti tahu bahwa orang Jepang itu suka sekali makan ikan terutama yang mentah-mentah seperti Sashimi dan Sushi. Mereka suka sekali makan ikan Salmon, Ikan Tuna dan Mackarel yang biasanya ada di laut yang dalam. Oleh karenanya mereka harus berlayar jauh ketengah Samudra untuk menangkap ikan-ikan tersebut.

Di zaman dahulu, mereka tidak berani untuk berlayar jauh dan menangkap ikan yang banyak. Sebab ketika mereka mendapat ikan, mereka harus cepat-cepat membawa itu kembali ke darat sebelum ikan-ikan itu membusuk. Karena, rasanya bukan hanya orang Jepang saja yang tidak mau memakan ikan busuk, rasanya semua orang juga tidak mau memakan ikan yang sudah membusuk.

Dengan perkembangan zaman, mereka akhirnya berpikir untuk menggunakan es batu dan freezer demi mengawetkan ikan-ikan tersebut. Namun orang Jepang ternyata tidak menyukai ikan yang sudah mati. Mereka ingin ikan yang masih segar ketika mereka memakannya.

Nelayan-nelayan Jepang pun akhirnya membuat kolam di kapalnya agar bisa membawa ikan-ikan itu dalam keadaan hidup-hidup. Tapi ternyata sulit. Sekalipun mereka berhasil menangkap hidup-hidup dan menaruhnya di Kolam. Namun banyak ikan-ikan itu mati pada saat tiba di darat karena STRESS dan harus berenang di kolam yang terbatas. Stress pada ikan juga akan merusak otot-otot pada ikan sehingga tekstur dagingnya menjadi lembek dan mengubah rasa daging ikan tersebut.

Orang Jepang tidak kenal menyerah. Ia terus berusaha untuk membawa ikan-ikan segar tersebut ke darat. Hingga akhirnya ia menemukan tehnik Ikejime. Tehnik ini menggunakan tehnik akupuntur. Otak ikan di rusak beserta dengan syaraf tulang belakang, dengan demikian ikan akan hilang kesadarannya dan lumpuh tapi ia tidak mati sehingga ikan itu juga tidak akan membusuk hingga waktu yang relatif lama.

Banyak orang menganggap cara Ikajime ini merupakan cara yang kejam. Tapi cara ini sesungguhnya adalah cara terbaik dan memberikan respek yang tinggi pada ikan yang menjadi makanan manusia tersebut.

Apa moral cerita yang kita dapat dari Nelayan Jepang ini? Mereka mempunyai kemampuan hebat untuk membuat kualitas produk yang begitu hebat dengan menggunakan tehnologi dari disiplin ilmu yang hebat namun berbeda dengan ilmu seorang nelayan yaitu ilmu akupuntur. Sebuah Inovasi hebat bisa dilakukan jika kita bisa melibatkan multidisplin ilmu untuk menghasilkan karya-karya yang lebih baik.

Di dalam dunia bisnis, kita mengenal ada 2 jenis leader berdasarkan dari Pengetahuan dan Ketrampilannya. Ada Pemimpin yang spesialis dimana dia mempunyai satu jenis keahlian khusus misalnya (Finance atau IT atau HR atau Marketing dll) kita menyebutnya The specialist. Yang kedua adalah Leader yang mengerti multi-disiplin ilmu atau disebut sebagai The Generalist.

Memang ilmu dari Pemimpin Generalist ini tidak akan pernah bisa menandingi Pemimpin Specialist dibidangnya. Tapi karena ia mempunyai begitu banyak pengetahuan dan ketrampilan di bidang yang beragam. Ia bisa menghasilkan inovasi yang jauh lebih hebat dan lebih kreatif.

Saya jadi ingat ketika berkunjung ke Jakarta Digital Valley punyanya Telkom. Di sana saya belajar bahwa Telkom mempunyai 2 tim inovasi yang luar biasa: Amoeba dan Indigo. Dimana Amoeba menangani inovasi-inovasi yang related dengan bisnis Telkom. Indigo bagai bola liar, mencari inovasi yang luas dan diluar dari ranah bisnis mereka.

Pernah suatu kali tim Indigo mendapat challenge untuk membuat invoasi bagi pengembangan biakan tambak udang. Hah? Apa hubungannya Telekomunikasi dengan tambak udang. Ternyata setelah diperlihatkan saya pun jadi mengerti bahwa ternyata, ada sensor-sensor yang perlu di pantau dan menghasilkan data, dan data tersebut di olah dan dijadikan sebuah gambaran tentang pembudidayaan udang / lobster tersebut.

Di zaman ini belajar, berpikir, menghasilkan produk semuanya memerlukan multi-discipline ilmu. Bukankah semua penciptaan-penciptaan produk baru dihasilkan oleh multi-discipline ilmu juga?

Belajarlah dari Nelayan Jepang yang menggunakan Ikejime (tehnik akupuntur) di dunia perikanan. Gunakanlah pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk menghasilkan sebuah produk dan sebuah karya yang berbeda.

“A man becomes creative, whether he is an artist or a scientist, when he finds a new unity in the variety of nature. He does so by finding a likeness between things which were not thought alike before, and this gives him a sense at the same time of richness and of understanding.” – Jacob Bronowski

Scroll to Top