KKP siapkan unit pembenihan rakyat kembangkan budi daya

Indonesia memiliki lebih dari 3.000 spesies ikan.  Inilah tugas kami, KKP, untuk memastikan ketersediaan bahan makan  dari ikan untuk generasi masa depan dengan domestifikasikan dan budidayakan di area-area tertentu. Di samping itu, kita juga kembangkan jenis ikan baru untuk menjadikannya sumber protein bagi bangsa Indonesia,” terang Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja.

Di samping itu, angka konsumsi ikan Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan, yakni dari 41,11 kg/kapita tahun 2015 menjadi 50,69 kg/kapita di tahun 2018, dan tahun ini ditargetkan menjadi 55 kg/kapita. Hal ini perlu terus dikampanyekan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, maupun masyarakat umum.

Saat ini, produksi perikanan didominasi hasil kegiatan budidaya dan tangkap. Negara-negara Asia masih menguasai 88 persen produksi dunia. Budidaya mampu menyediakan setengah dari kebutuhan ikan konsumsi dunia, dengan kebutuhan ikan dunia sebesar 3,1 juta ton, Indonesia peringkat ke-4 produsen perikanan budidaya dunia.

Tahun 2019 KKP pun telah melakukan eksport  serentak di lima kota melibatkan 147 perusahaan perikanan. Eksport 8.9 ribu ton hasil perikanan senilai 588 M ke 21 negara tujuan, meenjadi devisa yang cukup menjanjikan dari usaha perikanan.

“Sejak 2011, BRPBATPP yang merupakan satker BRSDM, telah berhasil membudidayakan Ikan Dewa (Tor Soro) atau Kancra. Pada 2012-2015, aplikasi teknologi budidaya Ikan Dewa pun sudah diadaptasi di 12 Unit Pembenihan Daerah. Pada 2016, mulai banyak masyarakat mengadopsi budiayanya. Jenis ikan ini juga sudah dinikmati oleh masyarakat di Negara Malaysia, Singapura dan Thailand. Harga Ikan Kancra/ Dewa  per kg mencapai 1,5 Juta Rupiah, namun ekspor ikan air tawar masih terbatas,” tutur Sjarief.

“Maka, mulai hari ini kami menyiapkan mekanisme dari hulu sampai hilir. Dari hulu disiapkan oleh BRPBATPP dengan menyediakan jenis ikan air tawar baru. Di tengahnya, dikembangkan  UKM yang mengolah ikan air tawar jenis baru, hasil ikan  berupa filet ikan dan olahan ikan lainnya. Dengan mengembangkan industri hulu sampe hilir, maka produksi  ikan air tawar akan meningkat,” tegasnya.

Pengembangan perikanan budidaya yang berkelanjutan membutuhkan pengetahuan mendalam tentang genetika, sejarah kehidupan dan kemampuan adaptif dari spesies ikan yang berkaitan dengan lingkungan. Peningkatan produksi dapat dikembangkan melalui peningkatan manajemen induk dan optimalisasi produksi benih. serta, manajemen kesehatan ikan.

Pada tahun 2030, diperkirakan perikanan budidaya  akan memasok lebih dari 60 persen ikan konsumsi. Namun, berkelanjutannya pembangunan akan terganggu. Intensifikasi ekologis dapat menjadi alternatif rasional untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya dengan mengoptimalkan proses ekologis dan  ekosistem.

“Langkah pertama BRSDM dalam mengembangkan perikanan budidaya yakni menyiapkan UPR (unit Pembenihan Rakyat). Kita siapkan  pakannya dengan maggot dan akhirnya ekspor. Wilayah budidaya kita jadikan  wisata edukasi, sentra kuliner dan kunjungan hiburan. Untuk mewujudkan hal tersebut, butuh peran peneliti, penyuluh, pendidik, pelaku perikanan dan kebijakan guna meningkatkan hasil yang inovatif dan mampu merambah dunia industri 4.0,” tuturnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), menyelenggarakan Product Innovation Fisheries dan Aquaculture Festival (RIFA Fest), pada 13 – 14 Desember 2019. Kegiatan ini terlaksana dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku perikanan di bawah Satuan Administrasi Pangkalan  (satminkal) Balai Riset Budidaya air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor sebagai kelanjutan komitmen multi lima tahunan KKP secara umum dalam memperkuat dan meningkatkan standar ekonomi masyarakat perikanan.

Tujuan umum dari kegiatan Product Innovation Fisheries Aquaculture Festival (RIFA Fest) ini adalah mencari terobosan inovatif untuk kolaborasi riset dan penyuluhan dapat aplikative kemasyarakat perikanan.

Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan berkontribusi terhadap pengelolaan kelautan dan Perikanan, dengan melahirkan lima output, yakni menyebarluaskan informasi hasil riset dan inovasi teknologi budidaya air tawar yang dihasilkan para peneliti; pengembangan wawasan dan motivasi bagi peserta UKM untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat bersaing dipasaran; peningkatan SDM dan informasi mengenai perkembangan usaha yang dilakukan sehingga peserta memiliki perbandingan dengan usaha yang dimiliki; peningkatan akses pemasaran, menjadi ajang temu bisnis para pelaku usaha; serta sucses story hasil riset dan hasil binaan Penyuluh dengan produk unggul  BRPBATPP.

 

Sumber: https://tabloidsinartani.com/

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top